Orang Islam: mayoritas arogan kah?

Welgedewelbeh

Banyak orang Kristen atau Katolik yang mungkin bertanya-tanya mengapa jarang sekali orang Islam memberikan ucapan selamat natal. Bahkan mungkin di antara anda ada yang bertanya-tanya mengapa sahabat karib saya sendiri yang muslim tidak berucap selamat Natal buat anda. Padahal anda selalu mengucapkan selamat hari raya Iedul Fitri atau selamat berpuasa Romadhon buat sahabat anda itu. Di sisi lain mungkin anda pernah membaca spanduk yang menyatakan bahwa mengucapkan natal itu Haram hukumnya buat orang Islam. Sebagian mungkin merasa cukup dengan penjelasan singkat, bahwa itu haram bagi orang Islam. Sebagian orang Kristen/Katolik mungkin merasa biasa-biasa saja dengan status haram mengucapkan Natal bagi orang Islam, namun tidak menutup kemungkinan banyak yang merasa jengkel dengan hal itu.  Bakan pernah mulut dapati orang yang marah karena itu, diharamkan baginya seperti disamakan dengan sesuatu yang dibenci atau menjijikkan (lihat gambar). Anda yang ringan saja mengucap selamat Idul fitri buat kawan anda yang muslim, mungkin merasa kalau orang Islam itu tidak adil, atau bahkan sombong … mau dikasih selamat tapi tidak mau ngasih selamat. Sama-sama hari raya-nya kok gak sama solidaritasnya. Selain yang terimo atau pun yang jengkel, Mulut juga yakin kalau banyak juga yang ingin tahu ada motivasi apa dibalik status haram tersebut, apakah karena kolotnya ajaran Islam atau karena sikap yang arogan?.

komen

Tulisan ini tentu tidak akan bisa menjawab semua masalah, akan tetapi upaya apapun untuk membangun harmoni dalam berbangsa tentunya bukan tindakan sia-sia.  Dalam semangat damai Natal anda, mulut berharap tulisan ini dapat disambut sebagai upaya berbagi perspektif tentang apa yang ada di dalam hati dan pikiran saudara-saudara anda orang Islam yang berkeyakinan bahwa mengucapkan selamat natal itu  tidak boleh. Tulisan ini dibuat karena menyadari minimnya penjelasan yang memadai tentang situasi kebangsaan ini.

Perlu dipahami bahwa bagi orang Islam, segala sesuatu itu akan diminta pertanggung jawabannya nanti di hari pembalasan. Sekecil apapun perbuatan, ucapan ataupun sikap di dunia ini akan ditimbang dan diminta pertanggung jawabannya nanti di alam setelah mati dan di alam setelah kiamat nanti. Bahkan beberapa dosa tidak serta-merta bisa dimaafkan dan diampuni hanya dengan bertobat dan minta ampun pada Tuhan. Misalkan dosa berzinah (berhubungan badan dengan tidk syah), secara hukum agama, dosa ini tidak akan diampuni kecuali yang bersangkutan dihukum cambuk sebanyak 100 kali dan diasingkan selama satu tahun bagi yang masih perjaka/gadis. Sedang bagi yang sudah menikah hukumannya dirajam batu hingga mati. Bagi non muslim, anda tidak wajib mengerti detil dan prasyarat terkait hukuman zina ini. Intinya adalah, semua perbuatan, perkataan dan sikap orang Islam adalah penentu masuk surga dan nerakanya orang Islam. Oleh karen itu, bagi muslim urusan halal dan haram itu urusan super penting yang berlaku untuk semua hal dan semua aspek dalam hidupnya.

Secara gampang, haram itu berarti tidak boleh. Melakukannya (atau memakannya — untuk kasus makanan), berarti melanggar aturan Tuhan dan menimbulkan dosa. Meninggalkannya adalah harga mutlak (standar normal) tidak ada tawar-menawar soal ini. Melakukannya diyakini bisa mendatangkan hukuman Tuhan baik di dunia maupun di hari setelah kematian. So .. begitulah keseharian hati dan pikiran orang muslim yang taat dalam menjalankan agamanya di kehidupan sehari-hari, gak boleh sembarangan semua ada konsekuensinya.

Terkait dengan mengucapkan selamat Natal, begini permasalahannya. Sebagian muslim, menganggap bahwa menyampaikan ucapan selamat Natal, sama saja mengakui ketuhanan Yesus seperti yang diyakini oleh umat nasrani. Orang Kristen/Katolik merayakan Natal sebagai perayaan kelahiran sang juru selamat, anak Tuhan yang akan menebus dosa-dosa umat manusia; konsekuensinya ikut mengucapkan selamat Natal dianggap sama saja membenarkan keyakinan umat nasrani soal ketuhanan Yesus. Terkait hal ini, perlu anda mengerti bahwa dalam ajaran Islam, dosa-dosa itu pun ada kadarnya masing-masing, ada yang berat ada yang ringan. Dosa terbesar di dalam agama Islam adalah mensekutukan Tuhan, menyembah Tuhan lain selain Allah yang Esa. Mengakui ada Tuhan lain di sisi Allah. Dosa zina seperti yang digambarkan di atas juga termasuk dosa besar, tapi masih berada di urutan ke tiga setelah menyekutukan Tuhan dan membunuh. Bisa dibayangkan bagaimana besar konsekuensi sikap ini bagi seorang muslim. Sebagian besar kaum muslim memilih untuk tidak mengucapkan selamat Natal karena ingin berhati-hati dengan agamanya

Bagi yang masih bertanya kok ada sebagian orang Islam yang mengucapkan selamat Natal secara publik, lalu mana yang benar-benar mengacu pada ajaran Islam?. Untuk menjawab pertanyan ini perlu diketahui bahwa di dalam agama Islam itu ada beberapa hal yang dianggap sudah jelas hukumnya dan disepakati semua pihak dan ada pula yang masih diperselisihkan. Contoh yang dianggap sudah jelas adalah wajibnya sholat lima waktu dalam sehari, atau puasa romadhon sebulan penuh. Biasanya yang demikian itu adalah hal-hal yang ada perintah dan larangan yang eksplisit dan jelas di dalam Al-qur’an atau hadits nabi. Sedangkan contoh yang masih diperselisihkan itu misalkan keharaman bunga bank, wajibnya menegakkan negara Islam dan lain-lain. Biasanya karena tidak ada perintah atau larangan yang tegas di dalam dua sumber hukum agama Islam tersebut. Sehingga hukum agama untuk kelompok yang ke dua mengandalkan interpretasi yang hati-hati dari para Mufti (orang/embaga yang dianggap memiliki kapasitas keilmuan dan praktek keagamaa yang memadai untuk mengeluarkan fatwa). Orang muslim biasa tidak diperbolehkan memutuskan hukum agama perkara-perkara seperti ini, mereka harus mengikuti pendapat para ulama/mufti. Walaupun tiap pribadi muslim seyogyanya mengerti dan tahu dasar hukum yang dipakai sebagai pertimbangan fatwa tersebut.

Termasuk megucapkan selamat natal, bagi sebagian muslim perkara ini dipandang sudah jelas sama saja dengan mengakui adanya Tuhan lain selain Allah. Tapi bagi sebagian yang lain dipandang sebagai urusan muamalat saja (aktifitas terkait hubungan antar manusia). Kelompok yang membolehkan ini mengikuti para mufti/ulama yang beranggapan bahwa mengucapkan selamat pada hari raya agama lain hanya sekedar sikap baik pada pemeluk agama lain, selama hatinya tidak pernah mengakui ketuhanan Yesus tidak ada masalah mengucapkan selamat Natal. Mengucap Natal hanya pernyataan turut gembira dengan kegembiraan anda, tapi soal keyakinan ketuhanan dianggap tidak otomatis demikian bukan?. (Salah satu fatwa dari seorang alim dan ulama’ besar tentang bolehnya mengucap selamat natal bisa dilihat di referensi di akhir tulisan **)

Jadi bagi anda orang non muslim, yang menganggap bahwa haram itu selalu terkait dengan hal yang hina dan menjijikkan, ketahuilah bahwa hal itu tidak selalu diartikan demikian. Haram itu terkait dengan urusan perintah dan larangan Tuhan dalam keyakinan umat Islam. Bisa jadi sahabat anda yang muslim itu ingin sekali hatinya mengucap turut bersuka ria dengan kebahagiaan anda, akan tetapi keyakinannya sejauh pemahamannya tidak memperbolehkannya berlaku demikian. Mulut yakin … bahwa tiap-tiap agama juga ada larangan-larangan terkait interaksi dengan pemeluk agama lain dalam tingkatan tertentu semacam ini. Misal pengikut Jehovah Witness yang pernah mengaku pada mulut bahwa dia tidak boleh turut mendengarkan ayat Al-Qur’an. Jadi mari kedepankan baik sangka dan pemahaman yang baik sehingga kita bisa merawat harmoni kebhinekaan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk ini.

*)    Tulisan pertama setelah mulut bungkam dan tidak berceloteh selama 5 tahun …
**)  http://www.alhabibali.com/writings_details/ln/en/typeof/2/writingid/158

# Bulan Gus Dur

1 Komentar

  1. cari aja yang jelas2ajaa…
    tinggalkan yang nggak jelas


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar